Beranda | Artikel
Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Bersitighotsah Kepada Mayat (Seri 1)
Minggu, 16 Oktober 2011

PERTAMA : Pendalilan Habib Munzir dengan hadits syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat

Habib Munzir berkata :

“Rasul saw memperbolehkan Istighatsah, sebagaimana hadits beliau saw : “Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara mereka dalam keadaan itu mereka ber-istighatsah (memanggil nama untuk minta tolong) kepada Adam, lalu mereka beristighatsah kepada Musa, Isa, dan kesemuanya tak mampu berbuat apa apa, lalu mereka beristighatsah kepada Muhammad saw” (Shahih Bukhari hadits no.1405),
juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim hadits No.194, Shahih Bukhari hadits No.3162, 3182, 4435, dan banyak lagi hadist2 shahih yang Rasul saw menunjukkan ummat manusia beristighatsah pada para Nabi dan Rasul, bahkan Riwayat Shahih Bukhari dijelaskan bahwa mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusai.. dst.. dst…dan Adam as berkata : “Diriku..diriku.., pergilah pada selainku.., hingga akhirnya mereka ber Istighatsah memanggil – manggil Muhammad saw, dan Nabi saw sendiri yang menceritakan ini, dan menunjukkan beliau tak mengharamkan Istighatsah.

Maka hadits ini jelas – jelas merupakan rujukan bagi istighatsah, bahwa Rasul saw menceritakan orang – orang ber-istighatsah kepada manusia, dan Rasul saw tak mengatakannya syirik, namun jelaslah Istighatsah diperbolehkan bahkan hingga dihari kiamat kepada para hamba yg dekat pada Allah di hari kiamat, dan ternyata dihari kiamat Istighatsah diizinikan Allah swt hanya untuk Sayyidina Muhammad saw” (Kenalilah aqidahmu 2 hal 76-77)

Sanggahan :

Hadits yang dijadikan dalil oleh Habib Munzir ini adalah tentang istighotsah pada waktu di padang mahsyar.

Marilah para pembaca yang budiman kita melihat lafal hadits tersebut secara utuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَجْمَعُ اللهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُوْنَ لَوِ اسْتَشْفَعْنَا عَلَى رَبِّنَا حَتَّى يُرِيْحَنَا مِنْ مَكَانِنَا، فَيَأْتُوْنَ آدَمَ فَيَقُوْلُوْنَ أَنْتَ الَّذِي خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيْكَ مِنْ رُوْحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوْا لَكَ فَاشْفَعْ لَنَا عِنْدَ رَبِّنَا، فَيَقُوْلُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ خَطِيْئَتَهُ وَيَقُوْلُ ائْتُوْا نُوْحًا أَوَّلَ رَسُوْلٍ بَعَثَهُ اللهُ، فَيَأْتُوْنَهُ فَيَقُوْلُ لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ خَطِيْئَتَهُ ائْتُوْا إِبْرَاهِيْمَ الَّذِي اتَّخَذَهُ اللهُ خَلِيْلاً، فَيَأْتُوْنَهُ فَيَقُوْلُ : لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ خَطِيْئَتَهُ ائْتُوا مُوْسَى الَّذِي كَلَّمَهُ اللهُ فَيَأْتُوْنَهُ فَيَقُوْلُ لَسْتُ هُنَاكُمْ فَيَذْكُرُ خَطِيْئَتَهُ ائْتُوا عِيْسَى فَيَأْتُونَهُ فَيَقُوْلُ لَسْتُ هُنَاكُمْ ائْتُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَأْتُوْنِي فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبٍّي

Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat, maka mereka berkata, “Bagaimana kalau kita mencari syafaat agar Allah mengistirahatkan kita dari tempat kita ini”. Maka merekapun mendatangi Adam, mereka berkata : “Engkaulah orang yang telah Allah diciptakan oleh dengan tanganNya dan Allah telah meniupkan dari ruh ciptaanNya kepadamu dan memerintahkan para malaikat maka merekapun sujud kepadamu, maka berilah syafaat bagi kami di sisi Rob kami”. Maka Adam berkata, “Aku tidak pantas” dan Adam menyebutkan kesalahannya dan berkata, “Pergilah ke Nuuh, rasul yang pertama kali Allah utus !”. Maka merekapun mendatangi Nuuh, dan beliau berkata, “Aku tidak pantas”, lalu ia menyebutkan kesalahannya, ia berkata, “Pergilah kalian ke Ibrahim yang telah dijadikan Allah sebagai kekasih Allah !”. Maka merekapun mendatanginya dan ia berkata, “Aku tidak pantas”, dan ia menyebutkan kesalahannya, (dan berkata) : “Datangilah Musa yang Allah telah berbicara dengannya”. Maka merekapun mendatanginya, lalu ia berkata, “Aku tidak pantas” dan ia menyebutkan kesalahannya, (dan berkata), “Datangilah Isa”. Maka merekapun mendatangi Isa, lalu ia berkata, “Aku tidak pantas, pergilah ke Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diampuni dosa-dosanya yang lampau dan yang mendatang”. Maka merekapun mendatangiku, lalu aku meminta izin kepada Robku….”  (HR Al-Bukhari no 6565 dan Muslim no 193)

Jawaban dari pendalilan ini dari beberapa sisi :

Pertama : Kondisinya jelas tatkala itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan hidup –setelah dibangkitkan dari kuburan beliau- dan manusia juga dalam keadaan hidup karena telah dibangkitkan dari kuburan mereka. Mereka berbicara dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi juga berbicara dengan mereka. Tentunya ini berbeda dengan kondisi seseorang beristighootsah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dalam keadaan telah wafat dan dalam keadaan di kuburan.

Kedua : Dalam hadits ini manusia tidak meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghilangkan kesulitan dan kepayahan yang mereka hadapi, akan tetapi mereka hanya meminta kepada Nabi untuk berdoa kepada Allah agar menghilangkan kesulitan yang mereka hadapi (dan para ulama telah sepakat akan bolehnya bertawassul dengan meminta kepada seorang mukmin untuk mendoakannya kepada Allah), maka apakah sama dengan orang yang datang kepada kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian minta agar diberi rizki atau pekerjaan, atau diberi keturunan, dll ??!! apalagi yang datang kepada kuburan selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam??!!.

Ketiga : Lihatlah dalam hadits ini ternyata manusia telah meminta pertolongan kepada para nabi ‘alaihim salaam, mereka meminta pertolongan mulai dari Nabi Adam ‘alaihis salaam hingga akhirnya kepada Nabi Muhammad. Semua nabi menolak untuk memberi pertolongan untuk memberi syafaat kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau para nabi saja seluruhnya menolak memberi bantuan bahkan para nabi menyebutkan kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan, lantas coba bandingkan dengan….

–         Orang-orang yang pergi ke kuburan orang sholeh yang kesholehannya sangatlah jauh dan tidak bisa dibandingkan dengan kesholehan para nabi??, lantas dengan pede-nya merasa orang sholeh tersebut akan membantunya??!!

–         Bahkan sebagian para pemakmur kuburan terkadang meminta ke kuburan orang yang tidak jelas…bahkan terkadang meminta ke kuburan orang yang menyeru kepada pluralisme?? Yang menyatakan semua agama sama !!!, yang menyatakan bahwa orang yahudi dan nashrani juga masuk surga !!!!

–         Bahkan sebagian orang yang mewasiatkan agar kuburannya kelak dikunjungi ??!!, sebagaimana yang disampaikan oleh As-Sya’rooni dalam Tobaqootnya, dimana ada salah seorang tokoh sufi yang berkata tatkala sakit akan meninggal : “Barangsiapa yang memiliki hajat (kebutuhan) maka hendaknya ia datang ke kuburanku dan hendaknya ia meminta hajatnya maka aku akan memenuhi hajatnya” (At-Thobaqoot Al-Kubroo karya Asy-Sya’rooni 2/518).

Keempat : Tidak semua permintaan pertolongan (istighootsah) yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dipenuhi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi pernah bersabda :

لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَومَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ شَاةٌ لَهَا ثُغَاءٌ عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمْحَمَةٌ يَقُوْلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَغِثْنِي، فَأَقُوْلُ لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ وَعَلَى رَقَبَتِهِ بَعِيْرٌ لَهُ رُغَاءٌ يَقُوْلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَغِثْنِي، فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ، وَعَلَى رَقَبَتِهِ صَامِتٌ فَيَقُوْلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَغِثْنِي فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ أَوْ عَلَى رَقَبَتِهِ رقَاعٌ تُخْفِقُ فَيَقُوْلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَغِثْنِي، فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ

“Sungguh aku tidak ingin mendapati salah seorang dari kalian –pada hari kiamat- di atas lehernya ada seekor kambing yang mengembek, di atas lehernya ada seekor kuda yang meringkik, seraya berkata (*beristighotsah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), “Wahai Rasulullah tolonglah aku”, maka aku berkata, “Aku tidak bisa berbuat sesuatupun kepadamu, aku telah menyampaikannya kepadamu”, dan (*salah seorang dari kalian) yang di atas lehernya ada seekor untuk yang bersuara lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah agitsni (tolonglah aku) !”, maka aku berkata, “Aku tidak bisa berbuat sesuatupun kepadamu, aku telah menyampaikan kepadamu. Dan (*salah seorang dari kalian) di atas lehernya emas dan perak, seraya berkata, “Wahai Rasulullah tolognlah aku”, maka aku berkata, “Aku tidak bisa berbuat sesuatupun kepadamu, aku telah menyampaikan.  Atau (*salah seorang dari kalian) di atas lehernya ada kertas-kertas yang melambai-lambai (*yaitu kertas tempat catatan hak-hak orang lain yang tidak ia tunaikan atau ia akhirkan), lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah aku”, maka aku berkata, “Aku tidak bisa berbuat sesuatupun kepadamu, aku telah menyampaikan kepadamu” (HR Al-Bukhari no 3073 dan Muslim no 1831)

(bersambung…!!!)

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 18-11-1432 H / 16 Oktober 2011 M

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/415-pendalilan-habib-munzir-untuk-membolehkan-bersitighotsah-kepada-mayat-seri-1.html